KALPATARA.ID – Rinding Gumbeng merupakan seni musik khas masyarakat Gunung Kidul Yogyakarta yang peralatannya terbuat dari bambu. Rinding gumbreng merupakan alat musik tradisional yang tak terpisahkan dari sistem bertani masyarakat Gunung Kidul.
Konon musik rinding gumbeng adalah musik kesukaan Dewi Sri. Melalui alunan rinding gumbeng para petani berharap Dewi Sri akan terhibur dan bahagia, sehingga pada saat nanti dan selanjutnya akan memberikan hasil panen yang melimpah. Rinding Gumbeng menjadi kearifan lokal masyarakat Gunung Kidul yang merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia sejak masyarakat Indonesia mengenal tradisi bercocok tanam.
Pada awalnya musik rinding gumbeng dimainkan sebagai wujud syukur atas hasil panen yang diperoleh. Musik rinding gumbeng juga menjadi musik khas yang mewarnai pesta panen dan menjadi bagian dari pemujaan terhadap Dewi Sri atau Dewi Padi.
Dikutip dari situs warisan budaya tak benda Republik Indonesia Rinding mulai dikenal masyarakat secara luas karena berkat usaha Sudiyo yang merupakan pendiri Jagawana hutan adat Wonosadi yang berdiri sekitar tahun 1950. Sudiyo berupaya menggali kembali alat musik rinding gumbreng dan memainkannya kemudian memperkenalkannya ke masyarakat luas.
Musik rinding juga berfungsi sebagai media untuk mencari jodoh pemuda dan pemudi pada masa itu. Selain sebagai media pemuda-pemudi mencari jodoh rinding gumbeng juga menjadi musik pengiring upacara ritual petilasan dan sadranan di hutan adat Wonosadi yang diadakan setiap setahun sekali.
Rinding gumbeng dianggap sebagai kesenian tertua yang harus terus dijaga agar tidak punah. Mengingat regenerasi pemain rinding gumbeng kian sulit. Memainkan rinding gumbeng memang unik dan memerlukan teknik tertentu. Meski terlihat sedrahana berupa bambu yang dipipihkan berukuran sekitar 6-6 cm dengan tebal 2mm rinding gumbeng dimainkan dengan cara ditarik-tarik sambil ditiup di bagian sisi lainnya.
Seni musik rinding gumbeng juga pernah dibawakan dalam upacara Hari Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 2022 lalu di Istana Negara Jakarta. Saat itu rinding gumbeng dimainkan oleh sebanyak 20 musisi dengan membawakan tiga buah lagu wajib yaitu “Rayuan Pulau Kelapa”, “Sepasang Mata Bola”, dan “Indonesia Pusaka”.
Sebagai kesenian asli Gunung Kidul Yogyakarta, rinding gumbeng telah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI pada tahun 2017 lalu.***