KALPATARA.ID – Sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) Biofuel merupakan sumber energi alternatif yang berasal dari mahluk hidup khususnya tumbuhan.
Salah satu tumbuhan bioenergi yang potensial dikembangkan adalah sorgum. Sorgum merupakan tanaman serelia yang bersifat multiguna.
Tak hanya sebagai penghasil karbohidrat dan gula sebagai sumber pangan, Sorgum manis juga dapat diolah menjadi bahan bakar nabati.
Tanaman sorgum manis yang memiliki nama latin sorghum bicolor mampu bertahan hidup di tanah-tanah yang memiliki unsur air rendah atau kering.
Sebagai tanaman bioenergi penghasil biofuel, pengolahan sorgum dianggap relatif aman tidak akan mempengaruhi ketahanan pangan. Hal ini disebabkan karena pemanfaatan sorgum untuk biofuel adalah pada bagian nira, jerami, bagas dan bijinya.
Sorgum manis memiliki cairan gula yang cukup tinggi pada bagian batangnya. Olahan cairan gula dari sorgum manis ini dapat menghasilkan bioetanol yang bermanfaat sebagai alternatif bahan bakar kompor.
Di wilayah Indonesia yang masih terbatas pasokan gas elpiji, bioetanol dapat menjadi bahan bakar nabati alternatif pengganti minyak tanah.
Selain itu bioetanol juga dapat dipergunakan dalam lampu penerangan. Sorgum manis sebagai tanaman penghasil bahan bakar nabati diharapkan dapat menutupi kebutuhan energi rumahan dalam skala kecil maupun industri.
Selain sorgum manis tanaman penghasil biofuel di Indonesia cukup melimpah. Jumlahnya hampir mencapai 60 spesies tanaman. Melalui berbagai penelitian tanaman-tanaman tersebut disimpulkan dapat menjadi bahan baku biofuel.
Dari data Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, sendiri diketahui bahwa dari sekitar 60 spesies tersebut dapat diproduksi menjadi bahan mentah biofuel dengan kapasitas mencapai 28 juta ton atau setara 215 juta barel minyak.
Selain sorgum manis ada juga spesies tanaman lain yang bisa dijadikan tanaman bioenergi potensial penghasil biofuel seperti jatrofa, tebu, saga utan, kelor, kenari, tengkawang, tungkul, mindi, bengku, rambutan, sirsak, wijen dan masih banyak lagi.
Biofuel memiliki peranan penting karena mampu memberikan solusi berkelanjutan untuk mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil.
Seperti dikutip dari laman resmi ESDM, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Yudo Dwinanda Priaadi menyebutkan jika biofuel memiliki peran vital dalam transisi energi, khususnya dalam dekarbonisasi transportasi yang menyediakan solusi bahan bakar rendah karbon.***