KALPATARA.ID – Tradisi Kuluwung atau festival meriam karbit merupakan pesta rakyat tatar sunda khususnya daerah Bogor. Pesta rakyat ini juga merupakan tradisi bersilaturahmi yang unik dan khas antar dua desa pada saat lebaran.
Beberapa buah kuluwung bertengger di bukit dan merupakan alat utama pada tradisi unik ini. Kuluwung terbuat dari adalah pohon kapuk atau randu yang dibentuk menyerupai meriam. Setiap kuluwung memiliki suara dentuman berbeda. Tak tanggung-tanggung ukuran kuluwung juga cukup besar, memiliki diameter 2 meter dengan panjang sekitar 7-10 meter.
Setiap kuluwung diisi oleh karbit yang telah dicampuri air. Kemudian yang bertugas akan menyalakan api ke dalam lubang kuluwung sehingga menghasilkan dentuman keras yang akan disambut dengan dentuman dari desa tetangga. Ledakan tersebut akan dilakukan sebanyak empat kali dalam satu jam. Suara dentuman kerasa yang bersahutan ini menjadi penanda silaturahmi antar kedua desa. Hingga saat ini desa Sukamulya dan desa Sukamakmur tetangganya.
Biasanya tradisi kuluwung akan hadir di masa lebaran atau menjelang ramadhan. Tradisi kuluwung tidak dilakukan setiap tahun. Tardisi kuluwung hanya dilakukan setiap lima tahun sekali. Karenanya masyarakat selalu antusias apabila tradisi unik kuluwung diselenggarakan.
Tak hanya dari warga desa sekitar, masyarakat luar pun bisa turut menikmati serunya tradisi kuluwung ini sebagai hiburan. Meski suara dentumannya keras dan memekakan telinga tetapi sorak sorai warga saat ledakkan dilepaskan membuat tradisi kuluwung ini makin semarak. Itulah sebabnya tradisi kuluwung juga disebut festival meriam yang kini dijadikan pesta rakyat.
Dikutip dari berbagai sumber sejarah tradisi kuluwung dimulai sejak jaman penjajahan kolonialisme Belanda. Pada masa itu kuluwung digunakan sebagai alat komunikasi dan peringatan antar desa. Kuluwung juga digunakan sebagai alat penyampai pesan atau peristiwa penting yang terjadi.
Usai kemerdekaan fungsi kuluwung mengalami perubahan. Sekitar tahun 1967 kuluwun.g menjadi media untuk membangunkan makan sahur warga desa pada saat bulan ramadhan. Kini seiring waktu kuluwung terus mengalami perubahan dan menjadi pesta rakya sebagai hiburan masyarakat.
Tradisi kuluwung memiliki nilai dan fungsi sosial di maasyarakat yakni gotong royong dan kerukunan. Nilai-nilai baik tersebut tercermin sejak pembuatan kuluwung yang dilakukan secara bersama-sama serta dalam pelaksanaanya yang melibatkan banyak warga.
Kearifan lokal tradisi Kuluwung tak hanya sekedar hiburan yang perlu dilestarikan tetapi juga warisan tradisi leluhur masyarakat tatar sunda tentang pentingnya menjaga tali silaturahmi untuk menjaga kekokohan bangsa.***