KALPATARA.ID – Wuku Bala adalah wuku ke 25 dari 30 wuku di Penanggalan Pawukon. Mengambil nama Raden Bala, anak nomer 23 Prabu Watugunung dengan Dewi Sinta. Kelahiran wuku Bala disertai dengan karakter yang dibawa sejak kelahiran dan memengaruhi proyeksi nasibnya.
Kelahiran wuku Bala dinaungi oleh Batari Durga. Dalam pewayangan, Batari Durga pada mulanya bernama Dewi Pramoni. Ia sangat cantik jelita sehingga mabuk asmara dengan Batara Guru. Bermodal paras rupawan itu, ia ingin Batara Guru jatuh hati kepadanya.
Suatu hari ia pergi bertapa dengan niat agar menjadi istri Batara Guru. Keinginannya terkabul, tetapi hanya dalam lahirnya saja yang terlaksana, sebab pada kakekatnya, jiwa Dewi Pramoni tidak dapat terwujud dalam kenyataan.
Jasmaninya yang cantik menjadi permaisuri Batara Guru, sedangkan jiwanya harus menjelma kepada jasmani Dewi Umayi yang telah berubah menjadi raseksi. Sehingga antara Dewi Umayi dan Dewi Pramoni saling bertukar raga. Jiwa Pramoni masuk ke dalam raga Umayi yang berwujud raseksi, sebaliknya jiwa Umayi menempati raga Dewi Pramoni yang cantik jelita.
Dalam cerita Sudamala, Batari Durga yang dihukum oleh Batara Guru berubah menjadi raksesi dan tinggal di Setra Gandamayit, lalu berhasil diruwat oleh Raden Sadewa, bungsu Pandawa. Ia kembali menjadi bidadari yang cantik dan pulang ke Tinjomaya, tempat bersemayamnya para bidadari kahyangan.
Kelahiran Wuku Bala dipengaruhi oleh Batari Durga sebagai pelindungnya, pemberani, tak gentar pada siapa pun. Karena jauh dari rasa takut, kelahiran wuku Bala cenderung sombong dan senang pamer.
Ada satu karakter wuku Bala yang harus diwasadai, ia pandai sekali berbicara yang menyesatkan. Kadang hanya untuk jahil dan tanpa ada tujuan tertentu, namun kadang digunakan untuk memenuhi tujuannya yang terselubung.
Dalam berbicara, kelahiran wuku Bala seringkali menggunakan kata-kata yang lembut, namun di balik kelembutan kata-katanya, ada getaran kuat yang membuat orang lain menjadi segan.
Kelahiran wuku Bala adalah termasuk orang yang menjadi favorit bagi atasan yang memperkerjakannya. Ia mampu menempatkan diri dengan baik, namun dengan tujuan tertentu.
Di dalam kitab Pawukon, tercantum penggambaran wuku Bala dengan simbol-simbolnya. Digambarkan Raden Bala menghadap Batari Durga dengan gambar gedung di depan. Ini merupakan simbol kelahiran wuku Bala yang senang berpamer atas apa yang ia miliki.
Pohon yang menjadi simbolnya adalah pohon cemara. Gambaran ini merupakan sebuah simbol karakter wuku Bala yang tidak bisa dijadikan perlindungan. Berdaun banyak tetapi kurus dan lebih tajam dan tegak dibandingkan daun pohon lain. Ini menandakan kata-kata yang lembut tetapi bisa menghujam jika memberikan perintah.
Simbol burung wuku Bala adalah ayam hutan atau ayam alas yang memiliki makna liar dan tak gentar. Disukai oleh para atasan dan lebih menyukai tinggal di tempat sunyi.
Keris yang cocok untuk kelahiran wuku Bala adalah Pandhawa, Carangsoka, Sabuk Tampar dan Sabuk Inten.***