KALPATARA.ID-Penanggalan Bali memiliki unsur perhitungan yang bersejajar dengan peristiwa astronomi. Termasuk Rahina Nyepi, ternyata terkait dengan peredaran bulan dan gerak semu matahari.
Salah satu elemen penting dalam penanggalan Bali adalah bulan tilem dan purnama. Dalam perhitungan penanggalan Bali, telah mengenal waktu sinodik bulan adalah 29,53059 hari, yang diturunkan dalam penanggalan menjadi 30 tithi , yaitu 1-15 Penanggal (sejak bulan tilem sampai purnama) dan 1-15 Pangelong (sejak purnama hingga tilem).
Karena penggenapan menjadi 30 hari, maka interkalari atau penyesuaian dilakukan setiap 63 hari sekali atau setiap 9 wuku. Penanggalan Bali erat kaitannya dengan penanggalan Pawukon, sehingga dalam keseharian dan perhitungan waktu, wuku tetap mengiringi.
Perhitungan penanggalan Bali cermat dengan penyesuaian secara aritmatis untuk menyejajarkan dengan peristiwa astronomi yang sedang terjadi di langit.
Tilem dan Purnama menempati elemen penting karena secara astronomi saat tilem dan purnama juga terjadi kesejajaran posisi antara bumi, bulan dan matahari. Pada saat tilem (new moon, bulan baru), posisi kesejajaran adalah bumi-bulan-matahari. Sedangkan pada saat purnama, posisi kesejajaran adalah bulan-bumi-matahari.
Penetapan waktu Rahina Nyepi terkait dengan penentuan waktu tilem Kasanga. Menurut aturan penanggalan Bali, ditetapkan bahwa tilem Kasanga akan selalu jatuh di bulan Maret.
Rahina Nyepi dilaksanakan satu hari setelah tilem Kasanga, bertepatan dengan tanggal 1 Kadasa Penanggalan Bali, dalam konversi kalender Masehi, tahun ini Rahina Nyepi akan jatuh pada tanggal 22 Maret 2023.
Pada posisi waktu ini, dengan letak geografis di Indonesia, akan mengalami peristiwa astronomi yaitu fenomena ekuinoks, dimana matahari tepat berada di garis ekuator. Ekuinoks terjadi setiap tanggal 21 atau 22 Maret. Di saat ini, seluruh bumi akan mengalami waktu siang dan malam yang sama dan di Indonesia terjadi hari tanpa bayangan karena posisi Indonesia yang telentang di ekuator bumi.
Baca Juga: 7 Fakta Equinox yang Tak Boleh Dilupakan
Tilem Kasanga adalah tilem yang paling mendekati dengan peristiwa ekuinoks. Di dalam bulan itu diposisi bulan bersejajar dengan matahari dan bumi. Secara makna, tilem Kasanga menjadi sebuah peringatan akan kejajaran benda-benda langit yang berpengaruh terhadap bumi. Secara adat budaya, tilem Kasanga dirayakan melalui ritual Tawur Kasanga.
Tawur dalam bahasa Bali berarti mengembalikan. Di hari akhir tahun, umat hindu Bali dalam Tawur Kasanga melakukan buthayadna untuk keselarasan alam. Selain itu, upacara dilakukan dalam semangat syukur karena telah melampaui waktu satu tahun dengan pemberian dari alam semesta dan ikhlas memberikan kembali alam dengan menjaganya.***