KALPATARA.ID – Merayakan lebaran tak lengkap tanpa menyajikan ketupat. Ketupat merupakan santapan khas tradisi masyarakat Indonesi saat Hari Raya Idul Fitri.
Ketupat telah ada sejak zaman penyebaran agama islam oleh Wali Songo di Jawa. Pada masa kepemimpinan Sunan Kali Jaga masih mendapat kesulitan dalam menyebarkan agama Sslam di daerah Jawa. Masyarakat Jawa memang dikenal sangat teguh memegang keyakinan turun-temurunnya pada saat itu.
Agar dapat lebih dekat dengan masyarakat Sunan Kali Jaga mencoba mengawinkan antara budaya dan nila-nilai religius dari agama islam. Salah satunya adalah ketupat.
Ketupat adalah makanan yang dari beras yang dimasukan ke dalam anyaman janur muda lalu direbus hingga padat. Proses memasak ketupat bisa berlangsung selama 3-4 jam.
Janur atau daun pohon kelapa yang masih muda memiliki fungsi yang baik dan mampu tetap dalam kondisi bagus saat direbus berjam-jam. Dalam budaya Jawa Janur kuning melambangkan penolak bala. Bahkan dalam beberapa kebudayaan lain seperti Bali atau Sulawesi ketupat kerap ada dalam berbagai ritual adat.
Bentuk segi empat ketupat mencerminkan prinsip “kiblat papat lima pancer”. Yaitu bermakna bahwa kemana pun manusia menuju Allah lah satu-satunya tempat kembali.
Rumitnya anyaman bungkus ketupat menggambarkan berbagai macam kesalahan dan dosa yang kerap dilakukan manusia.
Dalam berbagai literasi disebutkan warna putih ketupat saat dibelah adalah cerminan antara kebersihan dan kesucian hati setelah mohon ampunan atas segala kesalahan.
Beras dipilih sebagai isian ketupat juga sebagai harapan kemakmuran setelah Hari Raya. Ada juga yang menyimbolkan beras sebagai nafsu dunia.
Kata Janur merupakan akronim dari bahasa jawa “jatining nur” yang berarti hati nurani. Makna Setiap orang harus bisa mengendalikan nafsu diri. Menutupi nafsu diri dengan hati nurani.
Baca Juga: Makna Maaf dalam Kue Apem Warisan Walisongo
Dari literasi berbeda Ketupat atau kupat juga merupakan kependekan dari ngaku lepat atau meminta maaf. Perwujudan sikapnya adalah dengan sungkeman yang kerendahan hati dan permohonan maaf pada orang tua.
Masih dalam ungkpan jawa kuno para orang tua meyakini Ketupat berasal darik Laku Papat yakni:
1. Lebaran artinya menandakan usainya ibadah puasa di bulan suci ramadhan.
2. Luberan artinya melimpah maksudnya adalah ajakan menunaikan zakat fitrah.
3. Leburan artinya menyatu dimana setiap umat dituntut saling memaafkan.
4. Laburan artinya manusia menjaga kesucian lahir batin.
Ketupat tak hanya sekedar makanan khas atau budaya tetapi juga nilai-nilai religi yang ditanamkan kepada masyarakat Indonesia yang berketuhanan sesuai sila pertama Pancasila.***