KALPATARA.ID – Sejak 2010 studi tentang paus sebagai objek biokredit karbon telah dilakukan. Berbagai penelitian tentang paus mengungkapkan paus mampu menyerap karbon CO2. Paus dianggap berpotensi mampu menyerap lebih banyak karbon dibandingkan pohon.
Sekitar 120.000 paus melalui kotoranya dapat menangkap karbon sekitar 2,2 juta ton pertahunnya. Tubuh paus mampu memerangkap karbon dan tersimpan di dalam tubuhnya dan terbawa hingga paus tersebut mati. Paus yang telah mati akan membawa kotoran serta karbon yang terperangkap dalam tubuhnya tenggelam ke dasar laut.
Kotoran paus diketahui mengandung berbagai unsur kimia yang bermafaat bagi pemupukan pitoplankton seperti nitrogen, zat besi dan fosfor. Sehingga bangkai paus tidak membahayakan biota maupun ekosistem laut itu sendiri meski memerangkap karbon. Pitoplankton sendiri juga bermanfaat bagi lingkungan selain tak hanya menjaga siklus rantai makan di ekosistem laut, pitoplankton juga berperan mengontrol gas efek rumah kaca dengan mengontrol karbondioksida.
Tak hanya bersumber pada satu dua penelitian , dalam studi berbeda disebutkan bahwa paus mampu menahan karbon mati ke laut dalam sekitar 210.000 ton pertahunnya. Jumlah tersebut hampir setara dengan emisi karbon yang dihasilkan oleh 150.000 kendaraan.
Paus dianggap sebagai solusi alami selain pohon dalam upaya mengendalikan krisis emisi karbon yang berdampak pada perubahan iklim secara global. Dengan bobotnya yang luar biasa besar mamalia laut paus memiliki kemampuan lebih besar dalam menyerap karbon dibandingkan pohon.
Dikutip dari Los Angeles Times sekitar 2 juta metrik ton karbon dapat tersimpan di tubuh spesies paus. Jumlah tersebut setara dengan emisi karbon 851juta liter bensin. Dan sebagai perbandingan paus berbobot besar mampu menyerap emisi karbon dari atmosfer sekitar 33.000 pertahunnya, sementara pohon hanya mampu menyerap sekitar 48 pon pertahunnya.
Paus yang selama ini menjadi mejadi salah satu satawa dilindungi memiliki peran penting menjaga lingkungan. Dengan kemampuan menyerap karbon dari atmosfer yang tinggi paus dianggap lebih memiliki kemampuan untuk menyelamatkan lingkungan.
Mengutip dari WWF sebanyak 6 dari 13 spesies paus besar kini berada dalam status terancam punah dan rentan punah. Karenanya para peneliti menyarankan pemulihan populasi paus. Kehadiran paus di lautan bisa menjadi startegi alami pengurangan emisi karbon.
Spesies paus terbagi menjadi dua kelompok yakni paus bergigi dan paus balin. Herman Melvil lewat bukunya Moby Dick mengisahkan Essex yang menenumkan seekor paus raksasa dalam pelayaran samuderanya mengungkapkan sebuah plot twist bahwa pulau yang dikira daratan ternyata adalah kepala seekor paus.
Penangkapan paus sejatinya telah melakukandilakukan sejak zaman dahulu. Penangkapan paus oleh manusia dilakukan untuk berbagai kepentingan. Perburuan paus biasnaya diambil lemaknya untuk digunakan sebagai bahan bakar lampu minyak, sabun hingga kosmetik. Balin paus juga menjadi incaran sebagai material dasar pakaian hingga berbagai perangkat aktifitas hidup manusia seperti piring dan wewadahan. Paus memiliki pengaruh yang besar pada lingkungan dan kehidupan manusia.***