KALPATARA.ID-Fungi Fashion adalah inovasi terbaru dalam bahan tekstil ramah lingkungan berbahan jamur yang sedang jadi primadona. Fungi Fashion kini menjadi pilihan yang lebih baik di antara dampak merugikan yang diakibatkan industri fashion pada bumi.
Industri fashion menjadi salah satu tertuduh utama dalam menyumbangkan emisi gas rumah kaca. Tuduhan itu bukan ditujukan pada seni dan kreativitas, namun mengarah pada masifnya produksi fashion. Dimana, pada akhirnya melahirkan sampah tekstil.
Proses pembuatan materi sintetis juga menjadi sumbangan jejak karbon. Ketika bahan-bahan itu bisa ditukar pada materi yang lebih berkelanjutan, paling tidak fungi fashion merupakan sebuah upaya untuk tidak memperburuk kerusakan bumi.
Penggunaan jamur memanfaatkan bagian akar yang disebut sebagai mycelium. Hasilnya adalah bahan mirip kulit yang bisa digunakan untuk pakaian dan furnitur. Bahan ini dikategorikan sebagai ramah vegan dan dalam banyak kasus disetujui oleh PETA.
Mycelium adalah struktur vegetatif atau mirip akar pada jamur. Tumbuh terutama di bawah tanah, berfungsi sebagai pendaur ulang dan komunikator alam dengan mengambil sampah daun dan sisa-sisa kayu untuk mengubahnya menjadi jamur.
Selain itu, mycelium membantu memasok nutrisi dan air ke tanaman di hutan sekaligus menerima gula penting sebagai imbalannya.
Dikenal karena integritas struktural dan isolasi termalnya, mycelium dapat ditanam dan diolah menjadi alternatif yang efektif untuk bahan sintetis, menjadikannya pilihan yang ramah lingkungan dan berbasis bio untuk industri fashion.
Prosesnya hanya membutuhkan sedikit air dan sering kali dapat terurai secara hayati. Proses penanaman bahan memakan waktu beberapa minggu sehingga hal ini juga mendukung konsep slow fashion.
Fungi Fashion Berevolusi Bersama Zaman
Fungi Fashion sebenarnya bukanlah sebuah konsep baru. Faktanya, serat jamur pertama kali diciptakan pada tahun 1960an. Namun, baru beberapa tahun terakhir teknologi ini disempurnakan untuk menghasilkan pakaian yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga bergaya dan nyaman.
Dibuat sebagai bahan jenis kulit mulai diperkenalkan desainer produk Philip Ross dan Jonas Edvard dengan eksperimen produk peralatan rumah tangga yang terbuat dari mycelium.
Ecovative, pioner dalam memproduksi jamur sebagai packaging saat ini juga mengembangkan sayap memproduksi fashion menggunakan peralatan teknologi.
Penelitian secara akademis dan eksperimen pembuatan sepatu dari kulit jamur telah dilakukan oleh dua mahasiswa Universitas Delaware di tahun 2015 dan mengumumkan keberhasilan produk sepatu mereka pada 2018.
Sejak 2021, brand ternama Hermes, Iris Van Herpen, and Stella McCartney memperkenalkan fungi fashion sebagai salah satu koleksi mereka.
Sementara jamur sendiri punya sejarah yang lebih panjang. Jamur paling awal mungkin berevolusi sekitar 600 juta tahun yang lalu, mungkin lebih awal.
Jamur pertama kali menghuni daratan sekitar 460 juta tahun yang lalu, sekitar waktu yang sama dengan tumbuhan. Sekitar 250 juta tahun yang lalu, jamur mungkin merupakan bentuk kehidupan yang dominan di Bumi.***