Daun-daunnya menggambarkan ekor Burung Enggang. Setiap dahannya memiliki tiga buah yang menghadap ke atas dan bawah. Yang menggambarkan tiga kelompok besar manusia sebagai keturunan Maharaja Sangiang, Maharaja Sangen, dan Maharaja Bunu atau buno.
Buah tersebut dijadikan pengingat agar selalu menghargai antar sesama manusia. Batang Garing dipahami oleh masyarakat Dayak Ngaju sebagai klasifikasi tingkatan alam; alam atas, bumi dan alam bawah (air).
Batang Garing menghubungkan antara dunia atas dan bawah, yang diibaratkan sebagai tubuh manusia yang memiliki jantung, leher, jantung, saraf, rahim, dan kaki.
Simbol Batang Garing tidak hanya dipandang dalam dimensi vertikal, tetapi juga dimensi horizontal yang menggambarkan kehidupan alam semesta berkaitan dengan hidup, mati dan kelahiran.
Arti dalam kehidupan tidak hanya dipandang dari segi kesejahteraan, realitas atau objektivitas, tetapi juga dipandang melalui keseimbangan alam. Apabila alam semesta berada pada keseimbangan dan keserasiannya, maka kehidupan manusia dan makhluk lainnya juga akan baik.
Fungsi Batang Garing
Selain memiliki makna,simbol ini pun memiliki fungsi sebagai cermin, dimana masyarakat Dayak Ngaju mampu memfungsikan Batang Haring atau alam ini sebagai tempat hidup.
Namun bukan berarti masyarakat Dayak Ngaju mengeksploitasi alam dengan membabi buta. Disamping sebagai cermin gambaran mengenai fungsi Batang Garing, juga dapat diamati sebagai simbol bahwa masyarakat Dayak Ngaju mampu melihat dan senantiasa mengingat darimana mereka dilahirkan atau diciptakan.
Hal ini ditunjukkan dengan tetap dilestarikannya dan dipeliharanya simbol Batang Garing hingga saat ini, bahkan dari beberapa keluarga melukis secara khusus simbol Batang Garing dan ditempelkan pada dinding rumah mereka sebagai wujud penghormatan terhadap asal usul alam semesta.