Falsafah Hidup Dayak Ngaju
Simbol Batang Garing merupakan falsafah hidup yang dipegang teguh oleh masyarakat Dayak Ngaju sampai saat ini. Karena di dalam falsafahnya berisi ajaran tentang mental untuk ikut bertanggungjawab, melestarikan keberlangsungan tradisi dan nilai-nilai luhur yang bermanfaat untuk kemaslahatan bagi masyarakat luas.
Gambaran tentang keseimbangan dalam kehidupan antara manusia-manusia, manusia-alam dan manusia-Tuhan tercermin dalam simbol ini.
Apabila salah satu unsur dalam tatanan alam semesta terganggu maka berdampak pada ketidakseimbangan alam.
Hubungan antara masyarakat Dayak Ngaju dengan alamnya yang digambarkan sebagai bumi, langit dan laut yang selalu melekat pada manusia.
Rasa kesinambungan dengan alam juga ditemukan dalam mitologi pohon Batang Garing. Dianggap sebagai personifikasi manusia yang secara anatomis memiliki rambut, tangan, kaki, darah, tulang, lapisan daging, pernapasan, dan organ tubuh yang lain.
Masyarakat Dayak Ngaju menganggap Batang Garing ini sebagai saudara tua karena diciptakan terlebih dahulu sebelum manusia. Sehingga masyarakat Dayak Ngaju sangat menghargai dan menjaga lingkungan alam dan sosialnya sampai saat ini.***