KALPATARA.ID-Tidak hanya di Bumi, dominasi manusia telah berada pada babak baru yang disebut para ahli sebagai Lunar Anthropocene. Tercatat lebih dari 100 pesawat luar angkasa sudah mendarat di Bulan.
Tim peneliti di Universitas Kansas meyakini bahwa keterlibatan manusia—termasuk lebih dari 100 interaksi pesawat ruang angkasa dengan satelit alami kita selama 64 tahun terakhir—menjadikan kita salah satu kekuatan paling dominan yang membentuk Bulan.
Dalam sebuah makalah yang dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience, tim peneliti menyoroti fakta bahwa Bulan bukanlah lingkungan yang tidak berubah dan hampir tidak terpengaruh oleh aktivitas manusia seperti yang terkadang kita bayangkan. Sejak pesawat luar angkasa Luna 2 milik Uni Soviet pertama kali mencapai permukaan pada bulan September 1959, manusia telah memainkan peran penting dalam evolusi sahabat kosmik terdekat kita.
Dikutip dari Popular Mechanics, “Gagasan ini hampir sama dengan diskusi tentang Antroposen di Bumi—eksplorasi tentang seberapa besar pengaruh manusia terhadap planet kita,” kata Justin Holcomb, penulis utama studi tersebut, dalam sebuah pernyataan.
Tim peneliti ini berargumentasi bahwa Antroposen Bulan telah dimulai. Penelitian ini dimaksudkan untuk mencegah kerusakan besar yang sangat mungkin bisa terjadi di bulan, akibat aktivitas manusia.
Anthropocene, sesuai dengan Kamus Oxford, berkaitan dengan atau menunjukkan usia geologi saat ini, yang dipandang sebagai periode di mana aktivitas manusia memberikan pengaruh dominan terhadap iklim dan lingkungan.
Aktivitas yang dilakukan manusia di bulan, dengan frekuensi kunjungan yang semakin banyak, secara langsung maupun tidak langsung mengubah lingkungan bulan menjadi tidak lagi natural seperti sebelumnya.
Tim tersebut mengatakan bahwa, dengan lebih dari 100 pesawat ruang angkasa yang menyentuh Bulan—terkadang melakukan pendaratan darurat, dan terkadang membawa manusia ke permukaan bulan—terdapat interaksi yang cukup untuk menandakan mulai berlangsung zaman geologis bulan yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
Tim peneliti berharap dengan mendeklarasikan Antroposen Bulan, mereka ingin menarik perhatian terhadap kerentanan situs-situs di Bulan, terutama mengingat kurangnya perlindungan hukum atau kebijakan terhadap gangguan destruktif di Bulan. Mereka juga ingin memastikan bahwa setiap interaksi manusia dan dampaknya terhadap satelit bumi ini dicatat dengan baik, dan bertujuan untuk bekerja sama dengan para arkeolog dan antropolog untuk memastikan pencatatan tersebut.
Dengan mengkatalogkan setiap jejak kaki di permukaan Bulan—belum lagi keberadaan robot penjelajah, bola golf, dan kantong kotoran manusia yang tertinggal—kita berharap dapat menyimpan catatan rinci interaksi manusia.
Semoga masih belum terlambat untuk melakukan ini.***