KALPATARA.ID – Di lereng Lawu setiap tiba Selasa Kliwon di masa Wuku Dukut, menjadi waktu yang penting bagi mayarakat Desa Nglurah, Kecamatan Tawangmangu. Di hari itu, sesaji dihaturkan untuk membersihkan desa dari hal-hal yang buruk.
Ritus Dukutan dilaksanakan di Candi Menggung yang juga berlokasi di Desa Nglurah. Data dari BPCB Jawa Tengah tahun 1989, Situs Menggung memiliki lima halaman teras tetapi batas antar teras sudah tidak begitu jelas. Terdapat sembilan arca yang ditemukan, enam diantaranya merupakan Arca Dwarapala.
Dua arca lain yang terdapat di pusat Situs Menggung dikelilingi oleh tembok berbentuk persegi panjang. Satu arca merupakan perwujudan dari Kyai Menggung dan satu arca lagi merupakan Arca Durga Mahisasuramardhini atau masyarakat setempat mempercayainya sebagai perwujudan Nyi Rasa Putih.
Beberapa versi kisah di balik ritus ini berkembang di masyarakat dan diyakini oleh masyarakat. Ada versi yang mengatakan bahwa, wuku Dukut adalah kelahiran Kyai Manggung, karena itu dilaksanakan persembahan sesaji dan membersihkan desa.
Versi lain menceritakan tentang wuku Dukut sebagai waktu pernikahan Kyai Menggung dengan Nyi Rasa Putih. Yang semula keduanya bermusuhan, namun akhirnya bisa menjadi rukun dan bahkan melangsungkan pernikahan.
Versi yang lain lagi menceritakan, di Situs Menggung Dukuh Nglurah ini ada dua tokoh yang dipercaya masyarakat setempat yakni Kiai Menggung yang merupakan tokoh di Nglurah Lor dan Nyai Roso Putih yang merupakan tokoh di Nglurah Kidul. Pada waktu itu antara kedua daerah tersebut sering terjadi konflik antarwarga.
Selanjutnya kedua tokoh tersebut bersabda, sampai besok ramainya zaman, disuruh membuat sesaji yang terbuat dari jagung, baik itu berupa tumpeng dari jagung atau gandik dari jagung.
Dikutip dari laman Kemendikbud, rangkaian ritus ini sudah dimulai pada hari Minggu. Para pria bergotong-royong membersihkan Punden Situs Candi Menggung tempat dilaksanakaannya upacara Dukutan, sedangkan kaum wanita/ ibu-ibu mencuci peralatan atau perabotan yang akan digunakan untuk memasak sesaji yang terbuat dari hasil bumi yang ditanam masyarakat sekitar dan gandhik yang terbuat dari jagung sebagai wujud syukur kepada yang maha kuasa.
Pada hari Senin, sesaji dibawa warga ke Punden Situs Candi Menggung untuk didoakan pada malam harinya. Puncak acara adalah keesokan harinya yaitu pada hari Selasa Kliwon pagi dimana sesaji dibawa berkeliling situs sebanyak tiga kali sembari ditawur (sebar) di sekitar situs.
Sesaji berbentuk tumpeng berbahan jagung yang dilengkapi dengan botok, bongko, gudangan (urap) dan sayur ares berbahan palawija dan buah pisang, singkong. Sesaji tersebut ditaruh diatas daun pisang berbentuk persegi.
Dukutan telah resmi sebagai Warisan Budaya Tak Benda kategori Adat Istiadat Masyarakat, Ritus dan Perayaan-perayaan pada tahun 2021 dengan lokus Provinsi Jawa Tengah.***