Teknologi yang Lebih Solutif Terhadap Perubahan Iklim
Di dunia di mana teknologi baru muncul setiap hari, tidak mengherankan jika prediksi mencakup teknologi yang lebih solutif untuk mengatasi perubahan iklim dan mendukung keberlanjutan di tahun-tahun mendatang.
Penggunaan sistem yang sudah ada dan yang baru dengan lebih sering tampaknya menciptakan peluang untuk mengurangi dampak lingkungan global dan individual.
Semua teknologi pintar ini tidak hanya akan mendukung rumah tangga tetapi juga akan hadir untuk mendukung dunia usaha. Misalnya, penyimpanan cloud dan konferensi video mungkin tampak seperti teknologi sederhana dibandingkan kendaraan listrik.
Teknologi ini bisa menjadi salah satu senjata terhebat kita melawan perubahan iklim, karena teknologi ini memungkinkan orang untuk bekerja dari jarak jauh (yang membawa kita pada tren berikutnya).
Lebih Banyak Orang Bekerja dari Rumah
Pengalaman dari pandemi, karyawan yang bekerja dari rumah menjadi lebih rutin di sebagian besar bisnis. Manfaat dari gaya kerja ini sangat banyak sehingga bahkan setelah pandemi ini, dunia usaha di seluruh dunia masih mengadopsi praktik ini.
Kerja dari rumah yang juga sering disebut tren rendah karbon ini akan terus berlanjut. Baik Anda penggemar pekerjaan rumahan atau bukan, tidak dapat disangkal bahwa tinggal di rumah memiliki manfaat bagi lingkungan.
Salah satu manfaat positif dari praktik ini adalah mendorong keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik. Hal ini memungkinkan banyak perusahaan untuk meningkatkan kontribusi mereka terhadap lingkungan dan daya tarik pemberi kerja.
Laporan terbaru menunjukkan bahwa pada tahun 2028, 73% dari seluruh tim diperkirakan memiliki pekerja jarak jauh (Upwork). Prediksi ini sangat mengkonfirmasi bahwa bekerja dari rumah akan tetap ada.
Permintaan yang Lebih Besar terhadap Pangan Nabati dan Diversifikasi
Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Universitas Oxford menunjukkan bahwa orang dapat mengurangi jejak karbon hingga 73% dengan tidak mengonsumsi daging atau produk susu. Ini merupakan pengurangan yang luar biasa, dan jelas mengapa semakin banyak orang yang beralih ke pola makan vegan.
Alasan untuk menerapkan pola makan nabati lebih dari sekadar pengurangan karbon dan manfaat kesehatan. Ada juga dampak dramatis terhadap planet bumi yang perlu dipertimbangkan. Dalam praktik peternakan, produksi daging dapat menghabiskan sumber daya alam, mencemari lahan, dan membahayakan satwa liar lainnya.
Saat ini, pangan lokal juga menjadi perhatian para pemerhati pangan. Alih-alih penyeragaman dengan beras, diversifikasi pangan sesuai dengan hasil bumi dan laut yang endemik menjadi usulan yang terus mengemuka.
Sistem pangan lokal Indonesia yang semula didominasi beras, kini dipertanyakan oleh para generasi muda dan menuntut sistem pangan yang lebih setara dengan memperhatikan geografi, lanskap dan budaya setempat.***