KALPATARA.ID – Tepat pada tilem bulan kesembilan, sehari sebelum Hari Raya Nyepi, umat Hindu Bali menyelenggarakan kegiatan upacara Tawur Kasanga. Pemilihan waktu upacara ini bukanlah sembarangan melainkan memiliki nilai filosofi kosmologi.
Tawur Kasanga juga biasa disebut Tawur Agung. Dalam sehari itu, umat Hindu Bali mengisi waktunya dengan rangkaian mecaru, pangrupukan dan parade ogoh-ogoh. Tawur Kasanga pada intinya adalah dipersembahkan pada Butha Kala.
Mecaru, adalah melakukan persembahan di lingkungan rumah dan perempatan jalan. Mecaru bermakna merawat panca maha butha, lima unsur alam yang membentuk makrokosmos dan mikrokosmos, yaitu air, udara, tanah, api dan ether.
Pangrupukan yang berarti pengusiran butha kala dalam bentuk sekala dan niskala, di luar di dalam diri manusia. Pangrupukan dilakukan pada senja hari dan kemudian dilanjukan dengan parade ogoh-ogoh.
Penetapan waktu tilem Kasanga memiliki dua landasan. Pertama, berlandaskan pada astronomis. Pada saat Sasih Kasanga posisi matahari berada di ekliptika. Bagi kita yang ada di Indonesia, berarti matahari sedang berada tepat di atas kepala kita.
Sedangkan waktu tilem atau fase bulan baru, posisi bulan sejajar dengan bumi dan matahari. Tilem Kasanga adalah fase bulan baru yang posisinya ada di ekliptika. Posisi bulan berada di tengah antara bumi dengan matahari.
Baca Juga: Melasti, Rangkaian Nyepi, Sembah Bakti Menjelang Pergantian Waktu
Bagi bumi, posisi ini membawa dampak pada gelombang air laut, akibat gravitasi dua benda langit yang bersejajar dengan bumi.
Selanjutnya, apa arti angka sembilan?…