KALPATARA.ID – Wuku Sinta adalah wuku pertama di Penanggalan Pawukon. Nama wuku Sinta diambil dari nama istri dari Prabu Watugunung. Kelahiran wuku Sinta memiliki karakter dan proyeksi nasib bawaan lahir.
Di penanggalan Pawukon Dewi Sinta berbeda dengan Dewi Sinta dalam lakon Ramayana. Dalam cerita tentang Prabu Watugunung di Lontar Medang Kamulan, Dewi Sinta disebutkan memiliki nama Diah Sintakasih, anak dari Bagawan Gadiswara dan Diah Sanjiwartya.
Wuku Sinta memiliki pelindung Batara Yamadipati. Beliau memiliki tugas yang mengerikan, yaitu mencabut nyawa. Dalam pewayangan Jawa, Batara Yamadipati adalah Batara Ismaya alias Semar dengan Dewi Kanastri atau Dewi Kanastren. Namun dalam kitab Mahabarata, Batara Yamadipati adalah putera Batara Surya.
Batara Yamadipati memiliki kesaktian besar dan menyimpan senjata mandraguna yang bernama Kaladenda. Jika senjata ini digunakan akan membuat seluruh jagad, mulai dari jagad manusia hingga jagad para dewata di kahyangan mobat mabit.
Karakter Wuku Sinta mengikuti karakter Batara pelindungnya. Kelahiran wuku Sinta memiliki ketajaman batin dan seringkali mendapatkan firasat akan peristiwa yang akan terjadi.
Dalam hidupnya, kelahiran wuku Sinta memiliki tekad yang kuat dan berjuang sepenuh tenaga untuk mendapatkan cita-citanya. Tak heran, ia tak pernah bermalas-malasan. Segala pekerjaan atau tugas yang ia jalankan, dikerjakan dengan segera tanpa menunda.
Meskipun dilindungi oleh dewa pencabut nyawa, kelahiran wuku Sinta justru memiliki kelebihan sebagai penyembuh. Daya sembuh ini bisa menarik banyak orang untuk berlindung di bawah kelahiran wuku Sinta.
Dalam kitab Pawukon digambarkan Dewi Sinta sedang menghadap Batara Yamadipati. Segala elemen gambar dalam kitab ini memberikan simbol tentang karakter kelahiran masing-masing Wuku.
Gedung dalam Wuku Sinta digambarkan bersandingan sang dewi. Merupakan simbol kelahiran Wuku Sinta senang memamerkan apa yang ia miliki.
Digambarkan pula dalam kitab tersebut, Batara Yamadipati memegang umbul-umbul yang menjadi pertanda bahwa kelahiran wuku Sinta diiringi oleh berkah kemuliaan.
Burungnya adalah burung gagak, menyimbolkan ketajaman firasat yang dimiliki Wuku Sinta.
Pohonnya disimbolkan dengan kayu gendayakan yang dikenal memiliki daya penyembuh. Kayu gendayakan untuk bisa dipakai sebagai bahan warangka keris. Penggambaran ini merupakan simbolisasi dari kemampuannya menyembuhkan dan melindungi banyak orang.
Keris yang cocok untuk wuku Sinta adalah: Panimbal, Condong Campur, Jalak Tilamsari, Jalak Dhinding, Jalak Sangutumpeng dan Jalak Ngore.***