KALPATARA.ID-Kelahiran yang diperhitungkan menurut Penanggalan Pawukon berisi tentang karakter dan juga proyeksi nasib yang mengiringi, termasuk kemungkinan bahaya yang bisa menghadang.
Wuku Tambir memiliki hari yang kurang beruntung, yaitu di Senin Wage. Kombinasi perhitungan Pancawara (perhitungan lima hari) dan Saptawara (perhitungan tujuh hari) inilah yang menghasilkan weton hari yang membuat kelahiran Wuku Tambir mengalami keburuntungan.
Meskipun wuku ini pelindungnya adalah Dewa Siwa, Bahaya yang mengintai bagi kelahiran Wuku Tambir adalah difitnah orang. Jika merujuk pada karakter lahir di Wuku Tambir, yaitu seringkali berbicara yang tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya ia rasakan, maka kemungkinan bahaya ini menjadi terbuka.
Karakter dan proyeksi nasib pada Penanggalan Pawukon bukan bermaksud untuk membuka kejelekan, melainkan sebagai bahan untuk pengenalan diri dan meningkatkan kewaspadaan.
Keseimbangan selalu menjadi filosofi masyarakat tradisi. Terlihat pula dalam Penanggalan Pawukon pun menyisipkan bagaimana menghadapi kemungkinan bahayanya.
Doa dan selamatan sebagai bentuk permohonan dan penyerahan diri atas segala yang terjadi sikap yang sangat dianjurkan dalam perjalanan masyarakat tradisi. Wuku Tambir, dalam menghadapi bahaya disarankan untuk melakukan selamatan dengan membuat nasi pulen yang diliwet/dimasak dengan cara di-dang (memakai kukusan) sebanyak sapitrah (3,5 kg), lauknya daging ayam putih mulus, dan bebek merah dimasak pindang. Rujak timun lanang 25 biji, disertai doa keselamatan.
Baca Juga: Makna Selamatan Tolak Bala Bagi Wuku Merakeh
Dalam Penanggalan Pawukon yang menjadi Koleksi Museum Radya Pustaka, berkaitan dengan Wuku Tambir digambarkan Kala (baca: bahaya) akan datang dari arah Barat. Disarankan untuk menghindari arah ini dalam bepergian. Ataupun jika tidak bisa dihindari maka menyiapkan diri untuk menghadapi dengan sigap dan kewaspadaan.***