KALPATARA.ID – Wuku Wayang adalah wuku ke 27 dari 30 wuku di Penanggalan Pawukon. Diambil dari nama Raden Wayang, anak dari Prabu Watugunung dan Dewi Sinta. Kelahirannya membawa karakter dan proyeksi nasib menurut Penanggalan Pawukon.
Kelahiran wuku Wayang memiliki Dewi Sri sebagai pelindungnya. Dewi Sri adalah salah satu tokoh dalam budaya Jawa yang sangat populer. Ada yang menyebutnya sebagai Dewi Padi atau Dewi Tanaman. Ada pula yang menempatkannya sebagai dewi yang membawa kemakmuran.
Mitologi Dewi Sri di Nusantara diperkirakan sudah ada sejak awal abad pertama, ia disamakan dengan dewi Hindu, Sri Laksmi, dan sering dianggap sebagai inkarnasi atau salah satu manifestasinya.
Nama “Sri” berasal dari bahasa Sanksekerta yang artinya kemakmuran, kekayaan, kesehatan, kecantikan, keberuntungan.
Kelahiran Wuku Wayang membawa karakter bawaan yang lahir yang juga sesuai dengan karakter pelindungnya. Pembawaanya senantiasa rupawan, murah hati dan penuh belas kasih.
Di dalam kehidupan sosial, kelahiran wuku Wayang seringkali hadir sebagai pelindung. Ia bagaikan cahaya dalam kegelapan bagi orang yang membutuhkan.
Kelahiran wuku Wayang juga memiliki kekuatan dalam pekerjaan. Ia mampu mengembang tugas untuk jabatan yang tinggi. Perbawanya besar dan dipandang penuh dengan kewibawaan oleh sekitarnya. Pikirannya tajam dan memiliki pandangan ke depan untuk keputusan-keputusannya.
Cermat dalam bekerja membuat kelahiran wuku Wayang bukan hanya terampil dalam mengorganisasi, tetapi juga dipercaya.
Berbicara dengan kelahiran wuku Wayang tidak bisa sekadar obrolan ringan. Pembicaraannya senantiasa menyangkut hal-hal yang dalam dan penuh filososi. Ia kerap menggunakan lambang atau simbol dalam mengutarakan maksudnya. Sehingga, orang yang berbicara dengannya harus mengurai maknanya.
Di dalam kitab Pawukon, digambarkan Raden Wayang menghadap Dewi Sri. Gambar gedung yang terletak di belakang mereka merupakan simbol kerelaan kelahiran wuku Wayang ikhlas berbagi apa yang dimilikinya.
Simbol pohonnya adalah pohon cempaka. Bunga cempaka yang beraroma wangi, merupakan simbol wuku Wayang yang membawa kebaikan bagi banyak orang di sekitarnya.
Simbol burungnya adalah ayam alas. Ayam jenis ini memiliki gerakan yang tangkas dan lebih pandai menggunakan sayapnya untuk terbang. Karakter ini juga merupakan simbol ketangkasan dan potensinya dalam masyarakat menduduki posisi yang tinggi.
Baca Juga: Wuku Prangbakat, Karakter dan Proyeksi Nasib Menurut Pawukon
Di dalam kitab Pawukon, digambarkan pula Dewi Sri menghunus keris. Hal ini merupakan simbol ketajaman pikiran dan kewaspadaan.
Keris yang sesuai untuk wuku Wayang adalah Pandhawa, Rarasinduwa, Sempana Badhong, Semar Mesem, Semar Getak, Semar Tinandhu dan Brojol.***