KALPATARA.ID- Makan Patita adalah tradisi makan bersama masyarakat Maluku, yang dilandasi asas kekeluargaan dan nilai-nilai kebersamaan. Tradisi ini biasanya dilaksanakan pada upacara-upacara adat seperti pelantikan raja, pembangunan baileo (rumah adat), dan perayaan lainnya.
Selain itu juga tradisi makan bersama ini juga dilaksanakan antar keluarga atau marga. Ada juga makan patita antar Soa (kumpulan marga), serta makan patita Pela Gandong.
Jadi dalam setahun, masyarakat di Maluku bisa melaksanakan tradisi ini lebih dari 3 kali. Karena itu tadi. Ada acara makan patita antar marga, hari ulang tahun Negeri, hari ulang tahun gereja atau masjid, hingga hari ulang tahun kabupaten/kota.
Belum lagi ada acara makan patita di sekolah, kantor-kantor pemerintahan atau swasta sebagai ungkapan syukur
Dalam tradisi makan bersama tentunya ada beragam sajian kuliner khas Maluku yang disajikan. Antara lain Kasbi (singkong), pisang rebus, sagu, kohu-kohu (urap), ikan bakar, ikan goreng, colo-colo, ikan kuah, papeda, sayuran dan masih banyak lagi jenis makanan tradisional lainnya.
Makan Patita biasanya berlokasi di tempat terbuka seperti lapangan, jalan-jalan desa dan ada juga yang di dalam gedung.
Sajian kuline khas Maluku dalam tradisi ini diletakkan di meja patita, sebutan untuk meletakan makanan. Biasanya meja patita ada yang terbuat dari daun kelapa atau daun pisang yang ditata disepanjang jalan atau lokasi sebagai alas, ada juga yang menggunakan meja kayu yang ditutupi daun pisang sebagi meja.
Nilai Kekerabatan dan Kebersamaan
Makan patita memiliki nilai-nilai kekerabatan dan kebersamaan yang terkandung dalam persiapan maupun pelaksanaannya. Nilai-nilai itu tercemin dalam persiapan acara, sebagai masyarakat yang memiliki kekuatan dalam hal kekerabatan.
Masyarakatnya bahu-membahu dalam menyiapkan menu makanan untuk tradisi ini. Biasanya, masing-masing keluarga sudah diberi tanggung jawab untuk menanggung jenis makanan.
Jadi setiap rumah atau keluarga akan memasak menu khas Maluku dalam jumlah yang banyak. Inilah bentuk kebersamaan dalam persiapan tradisi ini.
Nanti, pada tempat dan waktu yang sudah diagendakan, seluruh keluarga akan membawa makanannya kemudian diawali ritual adat dan doa lantas semua orang boleh makan bersama.
Jadi dalam tradisi ini juga memiliki tujuan untuk meningkatkan kekerabatan dan kebersamaan dalam kehidupan masyarakat.
Makan Patita tercatat dalam Musem Rekor Indonesia
Tradisi yang kental dengan nilai kekerabatan dan kebersamaan ini, mampu menjadi daya tarik tersendiri. Hampir dalam setiap agenda pemerintahan daerah, makan patita menjadi agenda utamanya.
Tahun 2010, makan patita yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi Maluku dan Pemerintah kota Ambon. Memecahkan rekor Musem Rekor Indonesia (MURI) untuk kategori penyajian makanan dari bahan dasar ikan dengan variasi terbanyak.
Tercatat sebanyak 2010 resep menu ikan tersebut, dikumpulkan dari 54 desa yang ada di Kota Ambon.
Di tahun 2015, tradisi makan bersama ini dicatatkan kembali oleh MURI dengan pelaksanaan makan patita yang digelar sepanjang 2.470 meter yang berlokasi di tujuh ruas jalan utama Kota Ambon.
Ragam makanan tradisional tersaji dalam meja sepanjang 2.470 meter itu. Ada papeda, umbi-umbian, serta pisang rebus yang menjadi sumber karbohidrat pengganti nasi.
Bahan pangan lokal itu disandingkan dengan menu ikan laut segar yang dibakar dan dimakan dengan sambal colo-colo yang merupakan sambal khas Maluku.
Tradisi ini masih terus lestari sampai saat ini di Maluku. Sebagai kearifan lokal yang sarat nilai, tradisi makan makan bersama ini juga menjadi agenda pemerintah setempat sebagai promosi budaya dan juga sebagai wujud kebersamaan dan kerukunan di Maluku.**