KALPATARA.ID/NUSANTARA CODE- Minggu menjelang sore waktu setempat anak-anak muda peduli pangan lokal dari berbagai daerah di Indonesia berkumpul secara virtual. Para penggerak awal Gerbang Pangkal memperkenalkan gerakan bangga pangan lokal dalam live instagram perdananya.
Kali ini dua pulau di Indonesia, Jawa dan Sulawesi mewakili anak muda antusias bicara tentang pangan lokal dan tradisi yang mengikutinya.
Opitimisme dan antusiasme terpancar dalam siarang langsung yang dilakukan kurang lebih 90 menit tersebut. Gerbang Pangkal membangun kesadaran anak muda untuk lebih kritis terhadap kelestarian pangan lokal.
Didapuk sebagai host siaran langsung Hayah Nisrinaf, anak muda asal Mojokerto yang juga mahasiswa Fakultas Antropologi Universitas Surabaya. Memoderatori acara sejak awal hingga akhir Hayah menyampaikan beberapa keuntungan bergabung dalam gerakan Gerbang Pangkal. Antara lain meningkatkan kemampuan personal anggota dalam bidang menulis, public speaking, sosial dan keorganisasian juga berdedikasi terhadap isu besar seperti pangan lokal dan tradisi.
Gerbang Pangkal adalah wadah bagi anak muda sekaligus dianggap sebagai gebrakan nyata anak muda yang peduli pada lestari tradisi dan alam.
Sesi pertama, menampilkan dua inisiator Gerbang Pangkal, Wulansary dan Lisa Febriyanti. Berdua mereka menyampaikan semangat untuk melestarikan budaya pangan. Gerbang Pangkal adalah salah satu gerakan yang dicetuskan sesuai dengan momentum Ramadhan, dimana banyak orang yang sedang banyak berbicara tentang makanan berbuka puasa.
Dalam sesi kedua salah seorang garda muda, Padi Maritza, mahasiswa Universitas Airlangga, menyampaikan bahwasannya ia tertarik bergabung dalam gerakan ini karekan Gerbang Pangkal fokus melibatkan anak muda dalam membumikan kembali bangga makan makanan lokal. Sebelumnya Padi juga terlibat dalam projek Nusantara Code yang mengemas tentang pertanian dan pangan lokal serta tradisi yang menyertainya yang mulai tersingkirkan.
Nyatanya banyak anak muda ingin juga makanan lokal dikenal karena sejatinya makanan indonesia enak tak kalah dengan makanan luar negeri. Micho yang juga sedang berkuliah di Universitas Airlangga menyebutkan pangan sayuran yang dibumbui sambal kacang sebagai pangan lokal kesukaannya.
Keseruan tak berhenti di makanan kesukaan dan masih berlanjut dengan alasan mereka bergabung Gerbang Pangkal dianggap asik. Selain alasan mendasar tak ada satu orangpun yang tak suka makan, alasan lainnya karena gerakan ini dinamis dan stylish mengemas kampanye bangga pangan lokal dengan pendekatan kekinian.
Anak muda kreatif dan inovatif dilecut untuk terus berkarya dengan konten-konten kreatifnya namun tetap menjunjung kearifan lokal sebagai jati diri. Sebagai pemuda banyak dari anak muda hidup dengan kebiasaan yang terkontaminasi budaya luar dimana citra lebih diagungkan daripada kebutuhan.
Ditanya soal krisis pangan. Mitos atau Fakta? Gusti, garda muda dari Universitas Airlangga, menyampaikan pandangan dan jawabannya dengan data-data akurat dan ilmiah. Nyatanya dengan berbagai masalah kompleks yang mempengaruhinya krisis pangan adalah fakta. Biaya roduksi, kendala distribusi, perubahan iklim, banyak faktor berdampak pada keberlangsungan pangan.
Hidup di zaman teknologi sebagai ancaman atau teman. Upaya yang paling dekat dengan anak muda adalah dengan mengshare pangan lokal dan menaikkan hastag di sosial media. Selain itu menjadikan pangan lokal sebagai gaya hidup dapat diimplementasikan dalam komunitas, circle tongkrongan sehingga pangan lokal muncul ke permukaaan.
Lebih jauh Andi Syukur yang disapa Askur, anak muda asal Wajo, Sulawesi Selatan menambahkan pada dasarnya setiap daerah memilki pangan lokal yang berdampak pada jiwa masyarakatnya setempat. Dalam ilmu mikro biologi dan kerohanian. Makanan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia. Apa yang kita masukan kedalam tubuh itulah yang membentuk kita dari dalam.
Gerbang Pangkal dianggap sebagai penjagaan terhadap pangan lokal yang nyaris punah.
Melalui Gerbang Pangkal anak muda menghadirkan wajah baru bahwa generasi muda mampu menjaga lokalitas tradisi dan asal usul leluhurnya. Apa yang telah dititpkan neneek moyang dan pendahulu kita dilanjut terus agar tetap lestari.
Gerbang Pangkal sepakat mengajak anak muda milenial untuk menjadi anak muda yang peduli terhadap budaya dalam negeri lewat ngonten pangan lokal.
Di akhir sesi siaran salah satu inisiator Gerbang Pangkal, Wulansary kembali masuk untuk menyampaikan closing statement. Gerakan pangan lokal bergerak untuk membangun masa depan bangsa baik jiwa maupun raga.
“Gerbang Pangkal adalah implementasi syair lagu kebangsaan Indonesia Raya. ”bangunlah jiwanya bangunlah badannya. Jadi Gerbang Pangkal ini membangun jiwa dan raga” pungkasnya.