KALPATARA.ID – Masker dan WFH di Jakarta belum berakhir, usai pandemi berlalu kini kualitas buruk udara Jakarta membuat masyarakat ketar-ketir lagi.
Sudah beberapa hari langit Jakarta dan sekitarnya terlihat keruh. Jakarta berkabut polusi, kualitas udara makin memburuk dan seluruh aktifitas warga terganggu. Memburuknya kualitas udara di Jakarta menimbulkan berbagai dampak gangguan kesehatan terutama ISPA.
Dikutip dari laman IQ Air data memperlihatkan udara Jakarta sudah mencapai AQI 163 per 15 Agustus 2023. Angka ini menunjukan kualitas udara Jakarta sangat tidak sehat dan berbahaya bagi orang sehat. Saat ini kualitas udara di Jakarta menjadi yang terburuk kedua di dunia.
Selebriti Chef Renata Moeloek bahkan secara terang-terangan dalam media sosialnya menyampaikan pandangannya tentang lambatnya penanganan terhadap masalah pencemaran udara di Jakarta.
Penyebab memburuknya udara di Jakarta diakibatkan karena meningkatnya polutan tinggi yang merupakan sumbangan dari berbagai sektor seperti hasil emisi transportasi dan aktifitas industri. Pembuangan gas emisi transportasi menjadi penyumbang polutan paling besar dengan persentase sekitar 44%.
Selain emisi kendaraan bermotor sektor industrial juga turut memperparah keadaan dengan pembuangan gas uap pasca produksi terutama yang berbahan dasar batu bara. Selain transportasi dan industri, upaya dalam penyediaan energi listrik yang dikembangkan PLTU juga memberi dampak keruhnya langit Jakarta.
Dalam rapat terbatas kabinet di istana negara Jakarta, presiden Jokowi juga menyebutkan bahwa penyebab kualitas udara di Jakarta makin buruk bukan hanya faktor-faktor yang dapat dikendalikan tersebut diatas tetapi juga faktor alam yakni kemarau panjang.
Mengutip dari pernyataan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) banyak faktor yang menguatkan kualitas udara Jakarta makin memburuk saat ini. faktor tersebut adalah faktor yang tidak bisa dikendalikan atau alamiah yaitu musim kemarau panjang, arah angin muson timur, kecepatan angin, topografi dan landscape kota Jakarta itu sendiri.
Berbagai kebijakan mulai diterapkan oleh pemerintah. Pemerintah mengimbau masyarakat mengutamakan menggunakan transportasi publik seperti LRT, MRT, kereta cepat dan Trans Jakarta. Saat ini pemprov DKI Jakarta juga telah menyiapkan 100 armada Trans Jakarta berbasis baterai sebagai salah satu upaya mengurai masalah polusi ini.
Penerapan skema 4 in 1 atau sistem satu kendaraan diisi 4 orang juga mulai dikaji oleh kementrian perhubungan. Selain itu anjuran Work From Home (WFH) maupun skema hybrid kembali dikeluarkan pemerintah terhadap kantor-kantor di Jakarta.
Sementara KLHK mengimbau masyarakat Jakarta tetap mengenakan masker saat berada di luar ruangan dan keluar rumah sesuai kebutuhan untuk menghindari paparan polusi yang akan mengganggu kesehatan.***