KALPATARA.ID – Dangke merupakan keju asli buatan Indonesia. Dangke berasal dari kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan yang biasa disantap bersama beras ketan khas Enrekang yang disebut Pulu Mandoti.
Keju dangke terbuat dari susu kerbau yang tidak memerlukan fermentasi layaknya keju pada umumnya. Proses pembuatan dangke lebih tradisional dengan cara melepaskan protein di sebuah laktosa yang terkandung dalam susu. Protein susu dipisahkan dan diambil dengan cara dimasak dan disaring kemudian dipadatkan dan disimpan semalam sehingga melewati masa fermentasi singkat.
Menariknya dangke juga tidak memerlukan enzim renet untuk menggumpalkan susu tetapi menggunakan getah pepaya untuk mencetaknya menjadi keju. Ketika proses memasak susu dengan getah pepaya tambahkan juga garam sedikit. Gumpalan susu kemudian dicetak menggunakan tempurung kelapa dan dibungkus menggunakan daun kelapa. Yap, sesuai kearifan lokal Indonesia dangke biasa dibungkus daun pisang. Sehingga selain memiliki aroma keju yang lembut juga terdapat aroma daun pisang.
Dahulunya dangke merupakan kudapan para bangsawan. Hal itu karena dangke yang terbuat dari susu kerbau dimana kerbau hanya dimiliki oleh para raja atau kaum bangsawan. Meski telah berusia ratusan tahun penyebutan nama dangke baru tercetus di tahun 1900an.
Pada masa pemerintahan kolonial belanda, bangsa belanda kerap menyebutkan kata “danke” pada kaum pribumi yang memberikan hadiah keju lokal. Masyarakat pribumi yang tidak mengerti artinya menganggap itu sebagai sebutan makanann yang mereka berikan. Sehingga sejak masa itu keju lokal yang dibuat masyarakat lokal disebut dangke.
Dangke kini menjadi pangan lokal masyarakat Enrekang dan menjadi buah tangan khas Sulawesi Selatan. Dangke yang terbuat dari susu kerbau menjadi pangan lokal yang menggambarkan kearifan lokal masyarakat Sulawesi Selatan berkaitan denag hewan kerbau. Sebagai hewan istimewa di masayrakat Sulawesi Selatan kualitas kerbau yang baik dibandingkan kerbau di daerah lain. Selain sebagai media utama dalam berbagai upacara adat kerbau juga menjadi simbol kemakmuran dan strata sosial.***