KALPATARA.ID – Demo soal sampah yang dilakukan Komunitas Eco Enzyme Nusantara langsung dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, berlangsung di Taman Menteng, Jakarta Pusat, Minggu, (23/1/2022).
Dalam demo tersebut, Komunitas Eco Enzyme Nusantara memperagakan kepada warga masyarakat bagaimana proses cara pembuatan eco enzyme secara gratis.
Demo tersebut merupakan bagian dari proses sosialisasi yang dilakukan oleh Komunitas Eco Enzyme kepada warga masyarakat tentang pentingnya merawat lingkungan dengan mengelola sampah menggunakan metode ‘Eco Enzyme.’
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyambut baik demo yang dilakukan oleh Komunitas Eco Enzyme Nusantara sebagai wujud kerjasama Pemprov DKI Jakarta dengan masyarakat sesuai dengan program KSBB Persampahan.
Baca juga: Microplastic dan Microbeads, Ini Bedanya
“Seperti acara hari ini kolaborasi Pemerintah Provinsi DKI dan Komunitas Eco Enzyme Nusantara menjadi salah satu langkah dalam mengatasi persoalan sampah,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Asep Kuswanto, dalam acara Merawat Lingkungan dengan Eco Enzyme untuk Jakarta yang Lebih Sehat dan Bersih di Taman Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (23/1/2022).
Asep menambahkan, “Masyarakat perlu pilah sampahnya dari rumah sehingga ada gerakan bersama antara pemerintah, warga, dan komunitas dalam mengelola sampah. Komunitas Eco Enzyme Nusantara dapat mengolah sampah organik menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai, ini sangat luar biasa.”
Sementara Wakil Ketua Umum II Eco Enzyme Nusantara Paul L. Iskandar mengatakan bahwa pembuatan eco enzyme relatif mudah dan murah sehingga bisa diaplikasikan semua orang. Eco enzyme adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air dengan perbandingan.
“Membuat eco enzyme cukup 5 menit, mencampurkan gula atau molase, dan air. Kemudian fermentasi selama 3 bulan, tidak boleh terkena udara terbuka. Ini mudah dan murah,” tuturnya.
Menurutnya, jika semua rumah tangga di DKI Jakarta mengolah sampah organik menjadi eco enzyme, maka akan berdampak besar dalam mengurangi volume sampah yang masuk ke TPST Bantar Gebang.
Jika tiap rumah tangga di DKI Jakarta mengolah sampah organik 1 kg per pekan, maka dapat mengurangi volume sampah organik sebanyak 11.200 ton per bulan.
Baca juga: Air Bersih, Komoditi Primadona Masa Depan di Tengah Krisis Air Global
“Kemudian produk eco enzyme yang dihasilkan memiliki banyak manfaat, seperti untuk penyemprotan udara, untuk deterjen, sabun, karbol, menyuburkan lapisan tanah serta mampu memperbaiki kualitas air tanah dan kesuburan tanah.”
Paul mengakui bahwa tidak mudah untuk menggerakkan pengolahan sampah organik secara masif karena masih menghadapi beberapa kendala, terutama kesadaran warga. Selain itu, perlu fasilitas, seperti tempat penampungan (tong sampah) serta modal untuk pembelian molase.
“Setiap rumah tangga harus memilah dan memilih sampahnya, organik dan anorganik. Sampah anorganik dapat didaur ulang sehingga memberikan nilai tambah. Sementara, sampah organik dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan eco enzyme,” sambungnya.
Editor: R.D. Mahendra