KALPATARA.ID – Nasi Sela, (disebut “selau), hadir di Bali ketika masa ekonomi sulit, karena itu mendapat tempat istimewa bagi masyarakat Bali.
Nasi Sela merupakan pangan lokal yang berasal dari desa adat Tenganan, kecamatan Manggis kabupaten Karang Asem, Bali. Nasi Sela adalah nasi putih dengan campuran potongan ubi jalar yang dibentuk dadu.
Nilai histori nasi Sela sendiri sangatlah istimewa. Seperti dikutip dari situs pemerintah kabupaten Karang Asem Bali, nasi Sela muncul pertama kali sekitar tahun 1970an. Dimana itu merupakan masa-masa sulit bagi perekonomian Indonesia dan masyarakat Bali khususnya. Ketika itu beras yang merupakan makanan pokok Indonesia sangat langka. Warga Bali kesulitan mendapatkan beras.
Di saat itu tercetuslah ide kreatif untuk mencampur nasi dengan pangan pokok lain. Warga Karang Asem menggunakan ubi sebagai campurannya. Ubi jalar dipotong kecil-kecil berbentuk dadu dan dicampurkan dengan nasi. Hal ini dimaksudkan agar menambah banyak volume nasi. Maka jadilah nasi sela yang menjadi pangan lokal andalan di masa krisis.
Cara membuat nasi sela tak begitu sulit. Menggunakan teknik memasak tradisional yakni dengan cara diaron. Setelah nasi setengah matang ditambahkan ubi jalar yang sebelumnya telah dikupas, dicuci bersih, dan dipotong kecil-kecil berbentuk dadu.
Dalam masyarakat Bali ada satu tradisi yang bernama tradisi Megibung, sebuah tradisi turun temurun dimana warga duduk melingkar untuk menikmati nasi sela dan ragam makanan tradisional khas Bali yang telah disajikan bersama-sama.
Kini nasi sela tak hanya menjadi pangan lokal masyarakat Bali namun juga memilki nilai jual pariwisata sebagai kuliner unik. Penyajiannya mirip seperti nasi campur yang dapat dinikmati bersama beragam kuliner tradisional khas Bali lainnya seperti ayam betutu, sate lilit, urap dan sambal bongkot yang merupakan sambal khas Bali.***