KALPATARA.ID-Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memberikan peringatan kepada kota-kota besar dunia, termasuk Jakarta, akan dampak kenaikan air laut akibat perubahan iklim.
Guteress menjelaskan, kenaikan air laut bukan hanya tentang kehilangan beberapa inci garis pantai ke lautan yang merambah setiap tahun. Fenomena ini adalah ancaman ganda yang akan mengganggu dan menggoyahkan masyarakat global, kecuali ada upaya internasional yang terorganisir untuk mengatasi masalah tersebut.
Peringatan ini disampaikan di hadapan forum Dewan Keamanan PBB pada Rabu (15/02). Forum ini diinisiasi oleh Malta, sebuah negara kepulauan yang berlokasi di tengah antara Benua Afrika dengan Benua Eropa. Malta saat ini menjadi jalur migrasi dari belahan bumi selatan, dari Afrika ke Eropa, dimana tempat tinggal mereka terkena dampak kenaikan air laut.
Pernyataan Guteress didukung oleh sejumlah penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat kenaikan permukaan laut telah berlipat ganda dalam beberapa dekade terakhir, hingga sekitar 1,7 inci per tahun, dengan jumlah dua kali lipat di bagian selatan.
Baca Juga: Climate Outlook 2023: Waspada Hidrometerologi
Satu studi baru-baru ini berdasarkan data satelit menunjukkan bahwa daratan akan terendam oleh kenaikan air laut dalam beberapa dekade mendatang, dua kali lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Guteress menegaskan, “Kota-kota besar di setiap benua akan menghadapi dampak serius termasuk Kairo, Lagos, Maputo, Bangkok, Dhaka, Jakarta, Mumbai, Shanghai, Kopenhagen, London, Los Angeles, New York, Buenos Aires, dan Santiago.”
Dalam forum tersebut, kenaikan air laut dan implikasinya dibahas dalam konteks perdamaian dan keamanan internasional. Jika kenaikan air laut semakin menghilangkan luas daratan, maka akan terjadi migrasi orang dari satu benua ke benua lain, dari satu negara ke negara lain. Hal ini yang dimaksud sebagai ancaman ganda dan menjadi perdebatan serius dalam forum Dewan Keamanan PBB.***