KALPATARA.ID- Pacu itiak merupakan salah satu permainan tradisional unik yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau. Tradisi ini berasal dari daerah Payakumbuh di Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.
Dalam bahasa Minang, Pacu Itiak berarti lomba atau balapan itik. Jadi memang permainan rakyat ini unik, karena menggunakan itik sebagai hewan pacuannya.
Namun bukan sembarang itik yang bisa diikutsertakan dalam Pacu Itiak ini. Karena dalam lomba ini ada ketentuan dan peraturannya. Diantaranya, usia itik itu harus berkisar 4 sampai 6 bulan serta sayapnya tidak boleh berpilih dan arah sayapnya harus keatas.
Pada mulanya arena pacuan diadakan di sawah. Namun kini, masyarakat justru membuat arena khusus sebagai tempat pacuan itik.
Sejak 2020, Pacu Itiak diakui secara resmi oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda Indonesia, untuk domain seni pertunjukan.
Asal-usul dan Perkembangan Pacu Itiak
Permainan rakyat ini muncul di wilayah Payakumbuh. Burakan, seorang warga asal Sicincin yang tinggal di Payakumbuh, adalah peternak itik.
Tradisi Pacu Itiak di Payakumbuh mulai ada sejak tahun 1926 ada orang Sicincin bernama Burakan, dia mempunyai Itiak, dia beternak Itiak.
Jadi suatu waktu, ketika kawanan Itiak ini berjalan, ada seekor itik yang bisa terbang. Dengan rasa penasarannya Burakan memperhatikan kebiasaan itiknya yang bisa terbang itu. Ia masih terheran-heran kenapa itiknya bisa terbang.
Lantas ia pun menceritakan hal itu kepada teman-temannya di warung, tapi orang tidak ada yang percaya. Burakan pun mengajak temannya untuk melihat itik-itiknya di keesokan harinya.
Dan ternyata benar, teman Burakan pun melihat dan percaya ada itik yang bisa terbang. Lalu temanya mencoba mengambil Itiak yang lain. Lalu ia coba menerbangkannya tetapi tidak bisa terbang. Kemudian dia lihat perbedaan dan ciri khas itik yang bisa terbang tadi dengan Itiak yang tidak bisa terbang.
Beberapa tahun kemudian datanglah ide dari Burakan untuk diadakannya pacu itiak. Awalnya di adakan di tengah sawah. Tetapi pada akhirnya oleh Burakan dibawalah Itiak ini terbang ke jalan raya. Dan pada akhirnya Itiak yang dilatih ini bisa terbang sesuai lintasan.
Tradisi ini mulai marak pada tahun 1928, yang diadakan di setiap acara seperti alek nagari (pesta rakyat), batagak rumah gadang (mendirikan rumah adat), dan baralek (pesta pernikahan).
Pada tahun 1958-1960 kegiatan Pacu Itiak sempat terhenti karena terjadi pergolakan di dalam negeri. Namun demikian pada tahun 1960 pacu itiak mulai digelar kembali di nagari-nagari sampai saat ini.
Upaya Pelestarian Permainan Tradisional
Pacu Itiak ini merupakan ciri khas Kota Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota. Sebagai ciri khas daerah, salah satu upaya pelestarian dan pembinaan dilakukan melalui pembentukan wadah. Wadah itu dinamakan PORTI (Persatuan Olah Raga Terbang Itiak), yang membawahi beberapa galanggang Pacu Itiak.
Sebagai permainan rakyat, Pacu Itiak ini ikut berperan dalam memperkaya budaya nasional. Juga dijadikan sarana promosi daerah untuk menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Diantaranya melalui kerjasama dengan agen travel yang ada di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota.
Saat ini permainan tradisional ini ditampilkan untuk menyambut tamu-tamu penting dalam acara-acara tertentu, seperti menyambut tamu kehormatan, HUT Kota Payakumbuh, HUT Bayangkara di MAPOLRESTA Payakumbuh.
Disamping itu, permainan tradisi ini juga diselenggarakan di Festival Kemilau Lembah Harau di Kabupaten Lima Puluah Kota, Tour de Singkarak, Festival PEDATI di Kota Bukittinggi, Ulang Tahun Kota Solok, serta Pekan Budaya di Kota Padang.
Itulah keunikan permainan tradisional masyarakat Minangkabau, yang sampai saat ini terus lestari. Karena memang antusias masyarakatnya cukup tinggi, lagi-lagi karena keunikan permainan tradisi ini.***