KALPATARA.ID-Dalam periode berjalannya Wuku Sungsang, terdapat hari penting untuk melakukan ritual tradisi pembersihan alam, yaitu Sugihan Jawa dan Sugihan Bali. Keduanya merupakan rangkaian dari Hari Suci Galungan.
Sugihan Jawa, dilaksanakan pada hari Kamis Wage atau Wrespati Wage, Penanggal 13 Sasih Kasanga menurut Penanggalan Bali. Menurut Lontar Sundarigama dijelaskan bahwa Sugihan Jawa merupakan pesucian dewa semua bhatara. Pelaksanaan upacara ini dengan membersihkan alam lingkungan, baik pura, tempat tinggal, dan peralatan upacara di masing-masing tempat suci.
Secara sekala, pembersihan tempat suci dilakukan dengan pecaruan eka sata di rumah masing-masing. Caru Eka Sata merupakan caru yang tingkatannya menengah. Caru ini menggunakan seekor ayam sebagai sarana di samping sarana (upakara) lainnya. Jenis atau warna ayam yang digunakan bergantung pada fungsi dan tujuan dilaksanakannya aktivitas macaru tersebut.
Caru, sebagaimana disebutkan dalam kitab Samhita Swara memiliki arti kata cantik atau harmonis. Sebagai kata kerja, mecaru berarti upacara yang dilaksanakan untuk menjaga keharmonisan antara manusia dengan alam.
Di hari Sugihan Jawa, jika tidak sempat melakukan mecaru dapat diganti dengan bungkak nyuh gading atau kelapa gading yang dipercikkan ke semua penjuru rumah untuk mencapai kebersihan sekitar.
Sudah tentu perlu juga dilengkapi canang sari dihaturkan ke hadapan pelinggih yang ada di lingkungan kita. Diyakini pada saat Sugihan Jawa ini, para dewa akan turun diiringi dengan para luluhur untuk menerima persembahan.
Dinamakan dengan Sugihan Jawa karena merupakan hari suci bagi para Bhatara untuk melakukan rerebu di Sanggah dan Parahyangan yang disertai pengraratan dan pembersihan untuk Bhatara dengan kembang wangi.
Mereka yang memiliki kemampuan dalam hal tattwa akan melakukan yoga samadhi, pendeta akan melakukan pemujaan tertinggi, karena pada hari ini Bhatara akan turun kedunia diiringi oleh para Dewa Pitara untuk persembahan hingga Galungan nanti.
Rerebu atau marerebon ini mempunyai tujuan untuk menetralisir kekuatan negatif yang ada pada alam semesta atau Bhuwana Agung.
Hindu Bali memiliki Mitologi Bhuta Kala yang menyebutkan dalam menyambut hari Raya Galungan Dewa Siwa menugaskan para Bhuta untuk menggoda para manusia. Sehingga dengan melakukan pembersihan Bhuana Agung pada Sugihan Jawa dan pembersihan Bhuana Alit pada Sugihan Bali akan mampu lebih menjauhkan kita dari godaan para Bhuta yang akan dapat merugikan diri kita.
Sugihan Jawa dan Sugihan Bali dilakukan secara berseling hari. Sugihan Jawa pada Penanggal 13, sedangkan Sugihan Bali pada Penanggal 14. Keduanya dilakukan di waktu Wuku Sungsang dan menurut perhitungan penanggalan Bali.