KALPATARA.ID- Kasepuhan Ciptagelar merupakan kampung adat yang mampu memiliki kemandirian energi, tanpa campur tangan pemerintah. Melalui pemanfaatan air dan matahari, kasepuhan ini berhasil menerapkan energi terbarukan yang menopang kehidupan masyarakatnya.
Kasepuhan Ciptagelar terletak di Desa Ciptagelar, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Berada di ketinggian 800-1.200 meter di atas permukaan laut. Meski berada di wilayah Provinsi Jawa Barat, budaya serta kehidupan masyarakat adat di sini lebih dekat dengan budaya Banten.
Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar memanfaatkan energi alam untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di wilayah mereka yang secara administratif berada di Dusun Sukamulya, Desa Sirnaresmi, Sukabumi, Jawa Barat.
Sebelum ada pasokan listrik, masyarakat adat Ciptagelar hanya menggunakan lampu petromaks atau lampu minyak untuk menerangi rumah saat malam tiba. Sehingga masyarakat harus menggunakan minyak tanah untuk penerangan, dengan harga yang cukup mahal.
Kemandirian energi Kasepuhan in berasal dari melimpahnya sumber air, karena masyarakatnya selalu merawat dan menjaga hutan sebagai sumber mata air.
Mandiri Energi Terbarukan
Di tahun 1990-an, sebenarnya sudah ada penawaran aliran listrik dari PLN. Namun, sesuai kebijakan adat di kasepuhan, pihaknya lebih memilih memanfaatkan energi alam yang sudah dijalankan pemangku adat terdahulu.
Masyarakat setempat sepakat tetap menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMh) demi menjaga lingkungan.
Maka sejak tahun 1997, desa ini mengembangkan energi listrik dari mikrohidro dengan memanfaatkan keberadaan aliran Sungai Cisono. Yaitu dengan dibangunnya turbin Cicemet dengan kapasitas turbin sebesar 50 kVa.
Saat ini, Kasepuhan Ciptagelar memiliki pembangkit listrik tenaga mikrohidro atau PLTMh di tiga rumah turbin yang mampu menghasilkan daya listrik sebesar 118.000 Watt.
Daya sebesar itu digunakan untuk mengaliri listrik di 700 rumah warga Kasepuhan Ciptagelar.
Selain PLTMh, kasepuhan ini juga mengandalkan sinar matahari dengan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Energi dari PLTS ini digunakan untuk memancarkan wifi masyarakat kasepuhan.
Tak heran meski berada jauh di pegunungan, masyarakat adat ini melek informasi. Anak-anak terbiasa menggunakan internet tanpa meninggalkan waktu latihan silat, salah satu tradisi yang menjadi identitas masyarakat Ciptagelar.
Partisipasi Masyarakat Ciptagelar
Kini setelah ada PLTMh, warga adat tak lagi kesulitan untuk beraktivitas sehari-hari setelah permukimannya teraliri listrik. Namun, bukan berarti kendala tak pernah ada. Beberapa kali turbin mengalami kerusakan karena kondisinya yang sudah tua.
Selain itu, jika musim kemarau panjang tiba dan menyebabkan debit air sungai berkurang, pasokan listrik ke rumah warga pun akan terganggu.
Jika hal ini terjadi, warga pun harus rela tak bisa menikmati listrik untuk sementara waktu. Warga harus kembali menggunakan penerangan dari lampu minyak kala malam tiba.
Untuk mencegah kerusakan turbin, masyarakat secara gotong-royong rutin melakukan perawatan dan pemeliharaan. Dananya berasal dari iuran sebesar Rp20.000 yang dibayarkan warga Kasepuhan Ciptagelar setiap bulan. Iuran tersebut juga untuk pembelian suku cadang jika ada kerusakan pada turbin.
Tradisi Kasepuhan Ciptagelar dan Perkembangan Teknologi
Bagi masyarakat Kasepuhan Ciptagelar leluhur menjadi simbol pembawa kehidupan ke atas dunia. Karena itu, penghormatan masyarakat terhadap leluhur dengan berbagai ritualnya, jadi sakral.
Meskipun Kasepuhan ini masih memegang teguh nilai dan prinsip kasepuhan adat. Namun masyarakatnya membuka dan menerima teknologi yang berkembang.
Oleh karenanya, kita tidak sulit menjumpau perangkat elektronik untuk berbagai keperluan. Seperti komputer, sound system, berbagai alat musik hingga perangkat pemancar. Mereka punya jaringan televisi lokal sendiri, namanya Ciga TV.
Masyarakatpun dapat menyaksikan tradisi dan ritual mereka yang didokumentasikan Ciga TV. Karena Ciga TV ini merekam hampir semua kegiatan di desa, terutama masa tanam hingga masa panen raya yang jadi kebanggaan kasepuhan.
Kasepuhan Ciptagelar menjadi salah satu pemanfaatan energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listrik. Di tengah-tengah penggunaan energi terbarukan belum optimal di Indonesia. Dan Kasepuhan ini juga telah berkontribusi bagi aksi penyelamatan krisis iklim di bumi ini yang disebabkan oleh perubahan iklim.***