Wilayah Indonesia, terletak di cincin api pasifik atau dikenal dengan Ring of Fire. Ditandai dengan frekuensi gempa bumi dan letusan gunung berapi yang tinggi. Berikut adalah letusan 5 gunung berapi di Indonesia yang membawa dampak global, hingga mengubah bentang alam dan (pernah) memengaruhi iklim dunia.
1. Gunung Toba, Letusan Terparah Sepanjang Sejarah Dunia
74 ribu tahun lalu, Gunung Toba di Sumatera Utara meletus. Abu vulkaniknya menutupi area seluas 2.800 kilometer kubik, hingga ke Selatan Afrika dan menyebabkan gangguan pada iklim global.
Hujan yang sangat besar terjadi di wilayah Nusantara dan India kala itu. Diperkirakan 10.000 orang tewas, dan sejumlah species menjadi punah.
Studi terbaru pada tahun 2021 yang dilakukan oleh Rutgers University-New Brunswick dalam simulasinya menemukan bahwa letusan Gunung Toba menyebabkan terjadinya pendinginan di belahan bumi utara setidaknya 4 derajat Celsius.
Letusan ini juga mengubah bentang alam. Menghasilkan kaldera yang sekarang menjadi Danau Toba dengan Pulau Samosir di tengahnya.
2. Gunung Sunda, Mengubah Bentang Alam
Gunung Sunda merupakan gunung purba. Diperkirakan tingginya dengan dasarnya yang konon mencapai 20 km lebih, sementara tingginya mencapai ±4.000 mdpl. Gunung berapi yang ada selama kala Pleistosen itu bahkan disebut-sebut sebagai gunung berapi tertinggi di pulau Jawa pada masanya.
Nama Sunda diperkirakan berasal dari bahasa Sanksekerta, Chudda yang artinya putih. Gunung Putih, sebagai gambaran gunung ini yang selalu tertutup salju.
Letusan Gunung Sunda yang terjadi pada 210.000-128.000 tahun yang lalu kini membentuk Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Burangrang, dan Gunung Bukit Tunggul. Tak hanya itu, letusan Gunung Sunda juga mengubah bentang alam Jawa Barat.
Penelitian Rudy Dalimin, Geolog, menyampaikan jumlah ignimbrit yang dihamburkan ke angkasa saat letusan Gunung Sunda mencapai 66 km kubik, tersebar di kawasan seluas 200 km persegi.
Letusan maha dahsyat Gunung Sunda telah mengosongkan tubuh gunungnya, sehingga bagian atasnya tidak sanggup lagi menyangga beban. Inilah yang menyebabkan tubuh gunung ambruk ke bagian dalam, membentuk kaldera dengan ukuran 6,5 x 7,5 km.
Material letusan Gunung Sunda membendung Citarum di kawasan Padalarang dan sekitarnya, 15,5 km di selatan gunung. Kemudian, membentuk Danau Bandung Purba.
Karena jauhnya masa letusan, belum ditemukan data apa yang terjadi pada iklim dunia saat letusan itu terjadi. Kedahsyatan letusan diyakini memberikan dampak perubahan iklim seketika.
15.000 tahun setelah Danau Bandung Purba terbentuk, Gunung Tangkuban Parahu membangun dirinya dari sisi timur kaldera Gunung Sunda.
Gunung Tangkuban Parahu kuno yang diperkirakan meletus di antara 90.000-10.000 tahun yang lalu sebanyak 30 unit letusan. 12 unit letusan terjadi antara 10.000-50 tahun yang lalu pada Gunung Tangkuban Parahu Muda.
Erupsi dari Tangkuban Parahu, bersamaan dengan terjadinya patahan Lembang sampai Gunung Malangyang yang memisahkan dataran tinggi Lembang dari dataran tinggi Bandung.
Sisa gunung purba raksasa yang terbentuk sekitar 2 juta tahun lalu ini sekarang adalah punggungan bukit. Di sekitar Situ Lembang dan Gunung Burangrang diyakini sebagai salah satu kerucut sampingan dari Gunung Sunda Purba.
Hingga kini, bekas-bekas material letusan Gunung Sunda masih dimanfaatkan warga sebagai batako.
Baca juga: 3,12 Juta Hektare Kebun Sawit Di Kawasan Hutan Indonesia Penyumbang Perubahan Iklim