Khasiat dalam Bir Jawa
Bir Jawa khas Keraton Yogyakarta diperkirakan mulai muncul dalam era pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII. Kabarnya saat itu Sri Sultan melihat tentara Belanda yang sering minum bir. Dari situ, ia pun mulai terinspirasi untuk membuat racikan bir sendiri, tanpa menggunakan alkohol sama sekali.
Bir Jawa merupakan minuman khas Yogyakarta yang terbuat dari ekstrak serutan kayu secang, jeruk nipis, jahe, sereh, cengkeh, kayu manis, pala, merica, mesoyi dan kemukus. Bahan-bahan ini nantinya dicampur dalam air dan direbus sampai warnanya menjadi merah kecokelatan.
Selanjutnya minuman tersebut dikocok sampai berbuih. Buih inilah yang mirip dengan bir pada umumnya.
Selain berfungsi sebagai penghangat badan, minuman tersebut juga baik untuk kesehatan karena sifat cengkih yang mempunyai khasiat untuk menghilangkan bau nafas tidak sedap, dan air jeruk nipis dianggap dapat mengobati tekanan darah tinggi serta melangsingkan badan.
Minuman favorit Sri Sultan Hamengku Buwono VIII
Sebagai minuman yang berbasis rempah, Bir Jawa ini juga merupakan favorit atau sajian rutin bagi Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono VIII.
Biasanya, Sri Sultan Hamengku Buwono VIII pada sore hari kadang makan makanan kecil seperti pisang, keju, roti kering atau roti sobek, sambil minum bir Jawa.
Sri Sultan sendiri biasanya mulai menikmati Bir Jawa di sore hari sekitar jam 18.00 setelah mandi dan mengenakan busana adat Jawa.
Banyak misi-misi politik yang berhasil dicapai oleh Raja Keraton Yogyakarta ketika melakukan diplomasi dengan pihak asing, termasuk para penjajah. Hal ini dikenal dengan istilah gastrodiplomasi, yaitu bentuk diplomasi lewat makanan atau tata boga yang dapat menciptakan pemahaman lintas budaya.***